Mari menjadi hamba Tuhan yang Maha Pengasih, yang mengajarkan Al-Quran.
RSS

Sejenak...


Sukarkah?

Sukarkah untuk mengajak dan menyedarkan insan lain atas dasar cinta kepada Allah. 

Sukarkah? 

Mencintai insan lain, menyayanginya kerana Allah, ingin sangat untuk sama-sama bersua dengannya di jannah yang dijanjikan Allah. Kerana itu, kita bekerja keras untuk menyedarkan matlamat hidupnya. 

Sukarkah?

Ataupun kita sendiri telah lupa prinsip asas untuk apa yang kita perjuangkan. Menjadikan segala yang diperjuangkan sebagai beban, bukan lagi satu peluang dan rahmat untuk meraih cinta Allah. Bukan lagi satu kenikmatan, tetapi bebanan. Allahu ghayatuna hanya wujud pada bicara semata-mata, tetatpi tidak di jiwa kita. Allah.......

Kalau tak lillah, kita akan lelah..................

Hidup ini kan mudah kalau ikhlas........................

Dakwah ini mudah, kerana motivasinya adalah cinta kepada Allah.....

Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kerana Allah, Tuhan semesta alam...

Teruskan usaha mencari cintaNya.. Dia dekat, tidak pernah jauh... 
Mungkin...
ya, mungkin kita sendiri yang menjauh....

“Aku adalah menurut persangkaan hambaKu kepadaKu. Dan Aku bersamanya ketika ia menyebutKu. Jika ia menyebutKu dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diriKu. Ketika ia menyebutKu ditengah-tengah sekelompok orang, maka Aku menyebutnya ditengah-tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (kelompok malaikat).” (HR Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
0 comments

Mari bercerita

Bismillahirrahmanirrahim

Anda pernah dengar kisah tentang Salman al-Farisi?
Saya lihat anda mengangguk-angguk dan tersenyum, sambil berkumat -kamit, "Tahu-tahu, yang cerita dia mencari agama tu kan??"
-iya, betul-betul. Cerita itulah yang seringkali kita dengar. Kisah Salman, yang mencari hidayah Allah. Walaupun banyak rintangannya, dia tak pernah kenal erti putus asa. 
oh, tapi membaca kisahnya yang satu ini, lagi membuatkan saya tergamam dan terkesima.
Alangkah!!! Alangkah hebatnya ukhuwwah mereka. MashaAllah, wujud lagikah ukhuwwah seperti ini? inshaAllah, beginilah kisah Salman, yang telah saya ambil dari blog ini. Semoga ia bermanfaat buat semua insan, yang ingin mencontohi generasi quran yang unik ini. 

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihanmenurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
♥♥♥
Tak mudah menjadi lelaki sejantan Salman. Tak mudah menjadi sahabat setulus Abud Darda’. Dan tak mudah menjadi wanita sejujur shahabiyah yang kelak kita kenal sebagai Ummud Darda’. Belajar menjadi mereka adalah proses belajar untuk menjadi orang yang benar dalam menata dan mengelola hati. Lalu merekapun bercahaya dalam pentas sejarah. 
0 comments

Optimis

Bismillahirrahmanirrahim

Saat diri rasa tak mampu
Sedangkan hati berbisik halus mengatakan
Tidak
Tidak sesekali Dia menentukan sesuatu di luar kemampuan

Tidak!
Kerana Dia maha tahu

ketika taat, ia tidak meragukan kemampuannya..

Jadikan cintaku padaMu ya Allah
Berhenti di titik ketaatan
Meloncati rasa suka dan tak suka

Karena aku tahu,
MentaatiMu dalam hal yang tak kusukai
Adalah kepayahan, perjuangan, dan gelimang pahala
Karena seringkali ketidaksukaanku,
hanyalah bagian dari ketidaktahuanku

-Jalan Cinta Para Pejuang-


Pelik bukan,
Ketika belajar merangkak, bertatih, berjalan, tidak pernah kita ragukan kemampuan untuk kita berjalan & berlari
Terus mencuba walaupun terjatuh
Terus optimis dan yakin bahawa kita boleh berjalan
Maka inshaAllah, tetapkan keyakinanmu
Kejarlah gelimang pahala! 0 comments